News & Research

Reader

Yen Melempem Versus Dolar dan Euro, Pasar Antisipasi Intervensi Jepang
Wednesday, April 24, 2024       04:58 WIB

Ipotnews - Yen jatuh ke posisi terendah multi-tahun terhadap dolar AS dan euro, Selasa, membuat investor semakin waspada terhadap intervensi Jepang menjelang pertemuan kebijakan Bank of Japan minggu ini.
Euro mencapai 165,71 yen, level tertinggi sejak 2008, setelah data menunjukkan aktivitas bisnis di zona euro berkembang pada laju tercepat dalam hampir satu tahun, terutama karena pemulihan di sektor jasa. Terakhir, mata uang bersama Eropa itu naik 0,4% menjadi 165,67 yen, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (23/4) atau Rabu (24/4) pagi WIB.
Dolar melesat setingginya 154,88 terhadap yen, level puncak dalam 34 tahun dan mendekati 155, tingkat yang dilihat oleh pelaku pasar sebagai pemicu baru intervensi Jepang. Greenback terakhir sedikit berubah menjadi 154,79 yen.
"Level 155 untuk dolar/yen adalah angka psikologis utama setelah pejabat Jepang lalai mengambil tindakan atas nama mata uang mereka di level 152," kata Helen Given, trader valas di Monex USA, Washington.
"Meski (Gubernur BOJ Kazuo) Ueda telah mengatakan berkali-kali bahwa BoJ tidak akan menaikkan suku bunga semata-mata untuk meningkatkan yen, ada banyak potensi tindakan dari pejabat mata uang bersamaan dengan pertemuan Jumat."
Dia menambahkan BOJ kemungkinan akan tetap bertahan, Jumat, yang bisa berarti pelemahan yen lebih lanjut, namun berpikir "ada peluang yang cukup bagus bahwa kita melihat intervensi pasar pada malam yang sama untuk mencegah kejatuhan lebih dalam menuju 160."
Di awal sesi Selasa, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki memberikan peringatan terkuatnya mengenai kemungkinan intervensi, dengan mengatakan pertemuan minggu lalu dengan rekan-rekannya di Amerika Serikat dan Korea Selatan meletakkan dasar bagi Tokyo untuk bertindak melawan pergerakan yen yang berlebihan.
Namun, ada keraguan apakah Tokyo akan mengambil tindakan menjelang pertemuan kebijakan dua hari BOJ yang dimulai Kamis.
BOJ diprediksi memperkirakan inflasi akan tetap berada di sekitar target 2% untuk tiga tahun ke depan dalam prospek baru yang dirilis Jumat, menandakan kesiapannya untuk menaikkan suku bunga lagi secara hati-hati tahun ini dari level mendekati nol.
Dolar melemah terhadap yen setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS merosot pada April ke level terendah empat bulan di tengah lemahnya permintaan.
Selasa, S&P Global mengatakan Composite PMI Output Index Amerika, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 50,9, tingkat yang sedikit di atas wilayah ekspansi, dari 52,1 pada Maret.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, juga turun setelah data PMI tersebut, melemah 0,4% menjadi 105,66. Indeks tersebut jatuh ke level terendah dua minggu di 105,61.
Flash PMI
Euro, sementara itu, melejit ke level tertinggi dalam dua minggu terhadap dolar di USD1,0711, sebelum kembali diperdagangkan USD1,0707, menguat sekitar 0,5%.
Mata uang tunggal itu juga sempat menyamai level tertinggi tiga bulan hari sebelumnya terhadap poundsterling di 86,43 pence, setelah data PMI Jerman. Euro terakhir turun 0,3% jadi 85,95 pence.
Komentar perumus kebijakan Bank of England yang dovish membuat sterling mendekati titik terlemah dalam beberapa bulan terakhir. Pejabat BOE mengatakan mereka memperkirakan inflasi akan melambat kembali menuju target 2%, dan kemungkinan tetap berada di sana, yang memberikan keyakinan kepada investor bahwa bank tersebut akan menurunkan suku bunga pada musim panas.
Pada awal tahun ini, pound terangkat oleh ekspektasi bahwa BOE akan memangkas suku bunga lebih lambat dibandingkan Bank Sentral Eropa, yang saat ini pasar melihat adanya pelonggaran pada Juni.
Mata uang Inggris itu terjerembab ke level terendah lima bulan di USD1,2299 terhadap dolar, Senin, namun pulih kembali Selasa menjadi USD1,2450, naik 0,8% setelah data aktivitas bisnis Inggris yang kuat.
Di Amerika Serikat, investor memperkirakan Federal Reserve akan menjadi salah satu bank sentral terakhir yang melakukan pemotongan suku bunga, dengan pasar berjangka saat ini memperhitungkan peluang sebesar 73% untuk pemangkasan pertama pada September, menurut FedWatch Tool CME Group.
Hal ini sangat kontras dengan beberapa minggu lalu ketika pasar berspekulasi pada Juni untuk memulai siklus pelonggaran kebijakan the Fed, sebuah perubahan yang telah mendorong dolar lebih tinggi.
Investor akan memiliki kesempatan lain untuk menilai kekuatan perekonomian AS minggu ini, dengan data produk domestik bruto kuartal pertama, dirilis Kamis, dan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan the Fed, sehari berselang.
Pelaku pasar mengantisipasi kenaikan angka PCE sebesar 0,3% pada Maret, tidak berubah dari bulan sebelumnya, dan kenaikan year-on-year 2,6%, dibandingkan ekspansi 2,5% di Februari, menurut jajak pendapat  Reuters.  (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Friday, May 03, 2024 - 18:51 WIB
Mengapa Kita Tetap Memerlukan Rutinitas Dalam Masa Pensiun?
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PEVE, Jual
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PYFA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:40 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham ENRG, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:35 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham KEEN, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:33 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:03 WIB
Indonesia Market Summary (03/05/2024)
Friday, May 03, 2024 - 17:46 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa LAJU
Friday, May 03, 2024 - 17:37 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PTSN
Friday, May 03, 2024 - 17:29 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ISAP